Tuesday, November 10, 2009

Kembali ke Masa Depan

Marc duduk di sofa, memandangi layar TV yang berkedip-kedip.
Mengapa Heater tiba-tiba bilang ingin kami putus? Dia bertanya pada dirinya sendiri keseribu kalinya. Setelah semua yang kami lalui selam 6 bulan! Aku pikir hubungan kami begitu berarti. Sekarang dia memutuskan agar kami tidak berhubungan untuk sementara waktu. Dan dia juga tidak isa menatakan alasannya karena dia sendiri tidak tahu.
Marc memalingkan wajahnya dari televisi. Cowok yang sudah SMU tidak boleh menangis – bahkan jika seluruh dunia meledak di depan matanya.
Marc berusaha bertingkah normal saat makan malam, tapi dia hanya makan sedikit, itu pun rasanya seperti gabus.
“Kau sakit atau kenapa?” tanya Jason, adik Marc.
“Tidak!” bentak Marc. “Jangan ganggu aku!”
Ayah memberi isyarat kepada Marc agar menurunkan nada suaranya, bahkan Nenek memandanginya dengan tatapan kaget. Tapi Marc tidak peduli. Mereka tidak akan memahami perasaannya walaupun dia menceritakan masalah ini kepada mereka. Mereka tidak tahu betapa dia sayang sekali kepada Heater. Dia rela menunggu sepanjang hari sekadar untuk pergi ke persekutuan remaja bersama Heater, atau berjalan berduaan di koridor sekolah.
Di kamarnya, Marc mengeluarkan buku-bukunya dari ranselnya, tapi dia tidak mampu berkonsentrasi. Yang ada di pikirannya hanyalah ketika dia mengantar Heater pulang tadi. Saat itu Heater jadi pendiam. Marc sadar ada yang tidak beres, tapi dia yakin bisa mengatasinya, apa pun itu. Tapi Marc dikejutkan oleh pertanyaannya bahwa dia tidak ingin bertemu Marc lagi.
“Tidak ada orang lain, Marc. Aku hanya merasa... yah, kupikir sebaiknya kita berhenti berhubungan untuk sementara dan berhubungan dengan orang lain.”
Untuk sesaat, Marc membisu. Lalu, sakit hatinya berubah menjadi kemarahan. “Oke, silakan! Selamat tinggal!” Marc melampiaskan amarahnya sambil menahan tangis.
Sekarang Marc menghela napas dalam-dalam dan membaca paragraf pertama tugas sejarahnya. Tapi dia tidak paham sedikit pun.
Bunyi ketukan pintu membuat Marc melompat kaget. Mungkin Heater menelepon untuk mengatakan bahwa semua yang sudah dia katakan itu adalah suatu kesalahan bodoh dan dia tidak bisa hidup tanpa Marc, dan Marc juga tidak bisa hidup tanpa Heater.
Namun ternyata suara lembut neneknyalah yang menjawab, ketika Marc bertanya, “Siapa itu?” Marc kembali kecewa. “Masuklah, Nek.”
Sudah sebulan Nenek Marc pindah ke rumah keluarga Marc, dan semuanya senang dengan kehadiran Nenek.
“Nenek butuh sesuatu?” Marc sedang tidak ingin berbicara kepada siapa pun.
“Nenek pikir mungkin justru kamu yang butuh sesuatu, Marc.”
“Apa yang aku butuhkan?” tanya Marc ketus.
“Nenek memerhatikanmu saat makan malam tadi, dan merasa ada yang tidak beres. Dan karena kamu pulang lebih awal, Nenek pikir mungkin ada masalah antara kamu dan Heater.”
“Bagaimana Nenek bisa tahu?” Marc menatap neneknya.
“Wanita tua itu tersenyum. “Nenek bisa merasakannya.” Lalu ia meraih dan menggenggam tangan Marc dengan tangannya yang kurus dan berurat. “Maukah kamu menceritakannya kepada nenek?”
“Tidak ada yang nenek bisa lakukan.”
“Nenek bisa mendoakannya, apa pun itu. Tuhan tahu masalahmu meskipun nenek tidak tahu.”
“Heater mencampakkan aku. Padahal aku pikir kami pasangan yang sempurna.”
“Memang berat,” kata nenekku. “Mungkin saat ini kamu merasa marah kepada Heater dan seluruh dunia.”
“Betul sekali. Tapi, Nenek kok tahu?”
“Marc, sebentar lagi kamu ke kamar nenek, ya. Nenek ingin menunjukan sesuatu padamu.”
Beberapa saat kemudian, Marc mencoba membaca tugasnya sambil memikirkan apa yang hendak ditunjukkan neneknya kepadanya. Nenek tidak membawa banyak barang ketika pindah ke rumah ini.
Marc memberi neneknya waktu 20 menit, lalu ia berjalan menuju kamar nenek.
“Ini dia,” kata nenek sambil memegang amplop yang sudah usang.
“Ini surat yang ditulis ayahmu kepada nenek dulu saat kamp musim panas gereja. Ayahmu jadi konselor disana.”
“Surat dari ayah?” tanya Marc sambil mengeluarkan selembar kertas dari dalam amplop tersebut.


Bu,
Aku bertemu cewek menarik di sini! Namanya Shelley dan dia penganut Kristen yang sangat taat. Dia suka olahraga air, musik, dan semua yang aku suka.
Dia juga cantik.


Marc berhenti membaca. “Ibu? Aku tahu mereka bertemu di kamp gereja, tapi mengapa nenek memperlihatkan surat ini kepadaku sekarang?”
“Selesaikan dulu membacanya, kamu akan tahu sendiri.”


Ibu aku tahu aku tidak pernah berencana untuk datang ke sini. Sebelum aku dan Jan putus, aku ingin di rumah saja supaya bisa bersamanya sepanjang musim panas ini. Kemudian, ketika Jan berkata bahwa hubungan kami sudah selesai, aku mengambil pekerjaan ini hanya untuk melarikan diri. Aku pikir aku tidak akan bersenang-senang di sini, Bu. Dan aku tidak percaya ketika Ibu berkata Tuhan menyediakan yang lebih baik untukku. Sekarang, aku tahu Ibu benar! Aku merasa bebas untuk berhubungan dengan Shelley, dan dia jauh lebih menyenangkan. Aku akan mengajaknya pulang pada hari pertama liburan kami, supaya Ibu dan Ayah bisa bertemu dengannya. Ibu pasti akan menyukainya!

Marc menatap surat itu. “Ayah dicampakkan cewek? Tapi da lebih tampan daripada aku. Ayah dulu pemain futbol, bahkan ketua kelas. Dia punya segalanya. Mengapa ada juga gadis yang mencampakkannya?”
“Mungkin supaya dia bisa bertemu dengan ibumu,” jelas nenek.
“Ya.” Marc tidak bisa membayangkan apabila orang lain, bukan ibunya, yang menikah dengan ayahnya.
“Tentu saja, perisitwa ini terjadi beberapa bulan kemudian setelah ayahmu putus,” kata nenek. “Outusnya mendadak, dan ayahmu merasa menderita untuk sementara waktu. Marc, aku tahu sepertinya erlalu gampang, tapi Tuhan benar-benar bekerja demi kebaikan kita. Biasanya kita tidak langsung melihatnya karena kita tidak bisa melihat jauh ke masa depan. Kita hanya melihat apa yang terjadi sekarang, sedangkan Tuhan melihat seluruh masa depan. Tentu saja, sungguh menyakitkan rasanya ketika kamu bertemu dengan Heater lagi, apabila jika dia bersama orang lain.”
“Tentu saja.” kata Marc kesal.
“Mungkin selama beberapa waktu kamu hanya akan melihat ini sebagai malapetaka. Jadi untuk sementara waktu, mengapa kamu tidak menyibukkan diri dengan sesuatu yang ingin kamu lakukan selama ini, tapi tidak punya waktu karena kamu selalu bersama Heater? Seperti bermain gitar atau main ski lintas alam lagi. Heater tidak menyukainya, tapi kamu punya teman lain untuk melakukannya. Dan nenek dengar bantuanmu dibutuhkan di gereja.”
Marc menggelengkan kepala. Tidak ada yang bisa membuatnya melupakan Heater. Tapi dia benar-benar suka bermain ski dan gitar. Tidak ada salahnya melakukannya.
“Terima kasih.” Marc mencium pipi neneknya. “Tapi untuk apa nenek menyimpan surat ini bertahun-tahun?”
Neneknya tersenyum, dan mengedipkan mata ke arah Marc. “Tuhan pasti tahu bahwa suatu saat nanti Nenek membutuhkannya lagi.”


Sebab rancanganKu bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalanKu, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalanKu dari jalanmu dan rancanganKu dari rancanganmu.
Yesaya 55:8-9

Pesan Tuhan : “Aku bisa melihat apa yang terjadi padamu hari ini dan besok. Aku akan selalu berkarya untuk memberikan yang terbaik bagi hidupmu.”



sumber : ’God Speaks’ Kumpulan Cerita Pendek Pembangkit Semangat Untuk Remaja